Bahaya Komentar Kasar ke Dokter
Hati-hati! Komentar Kasar Bisa Pengaruhi Kinerja Dokter
Siapa yang tidak khawatir ketika anak sakit dan memerlukan perawatan di rumah sakit? Sebagai orang tua, wajar jika kamu merasa panik atau cemas ketika pelayanan medis yang diberikan tidak sesuai harapan. Namun, tahukah kamu bahwa perilaku kasar terhadap tenaga medis bisa berakibat buruk bagi kesehatan anak? Bahkan, menurut penelitian terbaru, komentar kasar kepada dokter dapat mengganggu kinerja mereka dan menyebabkan kesalahan fatal.
Baca juga: Dokter Cewek vs Cowok: Siapa Lebih Unggul?
Penelitian: Komentar Kasar Memicu Kesalahan Medis
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal Pediatrics menemukan bahwa perilaku kasar dari orang tua pasien terhadap dokter memiliki dampak serius terhadap kualitas pelayanan medis. Penelitian ini mengamati kasus di Johns Hopkins Hospital, salah satu rumah sakit ternama di Amerika Serikat. Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa dari keseluruhan angka kematian anak di rumah sakit tersebut, 250.000 kasus di antaranya disebabkan oleh kesalahan medis. Lebih mengejutkannya lagi, sekitar 40% kesalahan medis ini disebabkan oleh ketidakakuratan yang terjadi akibat adanya tekanan emosional, termasuk komentar kasar dari orang tua pasien.
Menurut penelitian, dokter yang mendapat perlakuan kasar cenderung mengalami gangguan kognitif yang berdampak pada penurunan performa mereka. Dalam konteks ini, kesalahan yang terjadi bukan hanya soal kurangnya profesionalisme, melainkan dipengaruhi oleh respons emosional yang tak terhindarkan. Bahkan, Amir Erez, seorang profesor manajemen dari Universitas Florida, menjelaskan bahwa kata-kata kasar bisa langsung memengaruhi sistem kognitif seseorang. Hal ini berbahaya karena seorang dokter yang biasanya memiliki motivasi tinggi untuk merawat pasien bisa saja kehilangan fokus dan membuat kesalahan saat berhadapan dengan orang tua yang tidak sopan.
Mengapa Dokter Bisa Terganggu?
Ketika dokter menghadapi tekanan emosional dari orang tua yang bersikap kasar, sistem kerja otak mereka terganggu. Padahal, setiap dokter sudah terlatih untuk melakukan tugasnya dengan cermat. Namun, suasana emosional yang intens, apalagi disertai komentar tidak menyenangkan, dapat memicu dokter kehilangan konsentrasi. Ini seperti seseorang yang sedang mengemudi dan tiba-tiba mendapatkan tekanan mental; fokusnya berkurang dan risiko kecelakaan meningkat.
Studi ini juga menekankan bahwa sekitar 20% kesalahan medis disebabkan oleh kondisi fisik dokter, seperti kelelahan karena kurang tidur. Ketika kondisi ini ditambah dengan tekanan mental akibat komentar kasar, peluang kesalahan medis semakin besar.
Kisah Nyata Dokter yang Berhasil Mengatasi Emosi
Dr. Jennifer Caudle, seorang dokter keluarga sekaligus asisten profesor di Universitas Rowan, berbagi pengalaman bagaimana ia berhasil mengendalikan emosi saat menghadapi orang tua pasien yang kasar. Pada suatu kasus, ia harus berdebat dengan orang tua pasien yang tidak setuju dengan langkah medis yang ingin diambil. Meski situasinya tegang, Dr. Caudle tetap tenang dan berfokus pada prosedur yang benar, sehingga pasien tetap mendapatkan perawatan yang tepat.
Pengalaman ini menggambarkan betapa pentingnya pengendalian diri bagi tenaga medis. Namun, tidak semua dokter bisa selalu mengatasi tekanan emosional dengan baik, terutama ketika mereka juga mengalami kelelahan fisik atau mental. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk tetap tenang dan menjaga sikap sopan agar proses perawatan medis bisa berjalan optimal.
Bagaimana Menjaga Hubungan Baik dengan Tenaga Medis?
Sebagai orang tua, tentu kamu ingin yang terbaik untuk anakmu. Tetapi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa komunikasi dengan dokter tetap efektif dan tidak memperburuk situasi:
- Sabar dan Tenang: Ketika menerima berita medis yang mungkin mengejutkan atau tidak sesuai harapan, ambil napas dalam-dalam dan hindari langsung menyalahkan dokter.
- Tanyakan dengan Sopan: Jika ada yang kurang jelas atau jika kamu merasa ada prosedur yang perlu dipertanyakan, sampaikan dengan bahasa yang sopan dan terukur.
- Bersikap Terbuka: Pahami bahwa dokter berusaha memberikan yang terbaik berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Bersikap terbuka terhadap opsi yang ditawarkan bisa membantu menemukan solusi terbaik.
- Berikan Dukungan: Ingat bahwa tenaga medis juga manusia yang bisa merasa lelah dan stres. Dukungan dari orang tua pasien, bahkan sekadar apresiasi kecil, bisa membuat mereka bekerja lebih baik.
Kesimpulan: Pentingnya Sikap Positif
Dari penelitian dan pengalaman di atas, jelas bahwa sikap orang tua sangat mempengaruhi kinerja dokter. Sikap kasar atau komentar tidak pantas tidak hanya merugikan hubungan antara pasien dan dokter, tetapi juga bisa membahayakan kesehatan anakmu. Oleh karena itu, menjaga komunikasi yang baik dan menghargai upaya dokter adalah kunci agar pelayanan medis bisa diberikan dengan maksimal.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai pentingnya menjaga hubungan baik dengan dokter, kamu bisa membaca panduan komunikasi pasien dan dokter di health.harvard.edu.